Tulisan ini masih menyambung tulisan sebelumnya tentang kebodohan Hai Hai Bengcu .
Kebodohan yang saya akan bahas kali ini masih satu jenis dengan
kesalahan sebelumnya walaupun contohnya berbeda. Kebodohan yang dimaksud
adalah strawmen dan argumen yang tidak valid. Kebodohan ini dapat
dilihat pada komentar Hai Hai yang menyebut saya sebagai berjiwa kerdil pada tulisannya. Saya sudah tunjukkan sebelumnya bahwa dialah yang berjiwa kerdil.
Melihat apa yang dilakukan Hai Hai di Diskusi Facebook
dan pada komentar tulisannya, maka orang yang punya kemampuan intelek
rata-rata saja akan muak. Orang akan muak karena dia menarik implikasi
yang tidak tepat dari pandangan lawannya sehingga mengakibatkan sebuah
strawmen.
Argumen yang dibahas sebenarnya adalah analogi Tritunggal dengan air
seperti yang saya katakan dalam posting sebelumnya. Saya mengatakan
bahwa tidak semua aspek Tritunggal dapat tercermin dalam analogi air dan
itu normal-normal saja bagi sebuah analogi. Itu bukan satu masalah.
Nah, dari penjelasan seperti itu, si Hai Hai mengemukakan implikasi
yang sepertinya berusaha mempermalukan saya karena sesudah argumen itu
dia mengatakan bahwa sayalah sebenarnya yang berjiwa kerdil. Tetapi kita
akan melihat bahwa implikasi yang dia tarik adalah implikasi yang tidak
diharuskan oleh contoh alias argumenya adalah argumen yang tidak valid.
Karena tidak valid, maka sebenarnya yang dia serang bukan argumen lawan
tetapi argumen sendiri.
Implikasi pertama yang diangkat oleh Hai Hai adalah bahwa kalau orang
menggunakan analogi seperti yang saya kemukakan, maka implikasinya
adalah Roh Kudus adalah analogi dari Bapa, Bapa adalah analogi dari Roh
Kudus, Yesus adalah analogi dari Bapa, Bapa adalah analogi Roh Kudus,
dll dan seterusnya. Implikasi kedua yang diangkat adalah bahwa kalau
kita menganalogikan air dengan Tritunggal, maka ajaran tentang
Tritunggal hanya analogi saja alias, tidak sepenuhnya benar.
Untuk orang yang tidak berpikir, implikasi pertama tampaknya dapat
diterima. Kalau Roh Kudus adalah Allah dan Bapa adalah Allah, maka Roh
Kudus adalah analogi dari Bapa dan demikian juga sebaliknya. Lalu apa
masalah dari penalaran seperti ini?
Jawabannya cukup panjang. Pertama yang harus diingat adalah bahwa
orang bisa membandingkan satu hal dengan hal yang lain apapun untuk
mencari analogi. Ada begitu banyak hal yang bisa dibandingkan dan
dianalogikan satu dengan yang lain. Itu tidak masalah. Analogi hanya
digunakan untuk menekankan hal tertentu. Misalnya dalam kasus
Tritunggal, analogi air digunakan untuk menekankan ketidakmustahilan
‘tiga’ dan ‘satu’ dipredikatkan pada satu subyek logis. Kalau sampan
dianalogikan dengan pesawat misalnya, maka yang ditekankan adalah bahwa
keduanya berfungsi memindahkan benda atau manusia dari satu tempat ke
tempat yang lain.
Tetapi kalaupun bisa dianalogikan seperti itu, tidak berarti bahwa
saya harus menggunakan analogi tersebut. Saya bisa memilih
menggunakannya dan tidak menggunakannya. Misalnya bukannya menggunakan
sampan sebagai analogi dari pesawat terbang, tapi saya menggunakan becak
sebagai analogi. Itupun dapat diterima. Dengan kata lain, analogi
adalah pilihan bukan keharusan.
Walaupun di luar sana ada berbagai hal yang mirip yang dapat digunakan sebagai analogi satu dengan yang lain, itu tidak berarti bahwa saya atau siapapun harus (perhatikan kata harus) menggunakannya. Dengan kata lain lagi, kalaupun saya menggunakan analogi air untuk menjelaskan Tritunggal, tidak ada keharusan bagi saya untuk menggunakan Bapa dan Anak sebagai analogi satu dengan yang lain, seperti yang dikatakan Hai Hai.
Jadi kesimpulan Hai Hai bahwa saya harus menganalogikan Bapa dengan Anak atau Roh Kudus adalah sebuah contoh penarikan kesimpulan yang tidak valid. Karena itu juga, maka kalau dia menyerang penganalogian Air dengan Tritunggal via kemungkinan Bapa dan Anak atau Roh Kudus, maka dia sedang menyerang pandangannya sendiri alias dia sedang melakukan strawmen. Seorang yang mengaku diri suhu dan dikagumi di internet hanya seperti ini kemampuannya.
Walaupun di luar sana ada berbagai hal yang mirip yang dapat digunakan sebagai analogi satu dengan yang lain, itu tidak berarti bahwa saya atau siapapun harus (perhatikan kata harus) menggunakannya. Dengan kata lain lagi, kalaupun saya menggunakan analogi air untuk menjelaskan Tritunggal, tidak ada keharusan bagi saya untuk menggunakan Bapa dan Anak sebagai analogi satu dengan yang lain, seperti yang dikatakan Hai Hai.
Jadi kesimpulan Hai Hai bahwa saya harus menganalogikan Bapa dengan Anak atau Roh Kudus adalah sebuah contoh penarikan kesimpulan yang tidak valid. Karena itu juga, maka kalau dia menyerang penganalogian Air dengan Tritunggal via kemungkinan Bapa dan Anak atau Roh Kudus, maka dia sedang menyerang pandangannya sendiri alias dia sedang melakukan strawmen. Seorang yang mengaku diri suhu dan dikagumi di internet hanya seperti ini kemampuannya.
Implikasi kedua yang ditarik oleh Hai Hai adalah bahwa karena ketiga pribadi dalam Tritunggal adalah analogi, maka doktrin Tritunggal hanyalah analogi dan bukan ajaran yang benar. Kelihatan seperti sebuah argumen yang hebat bagi orang yang tidak kritis. Implikasinya adalah kalau Tritunggal adalah sebuah analogi semata, untuk apa dipercaya? Kalau memang benar bahwa Tritunggal hanya analogi, maka tidak layak dipercaya sepenuhnya.
Kebodohan pertama yang dikandung dalam argumen seperti ini adalah
seperti yang saya katakan di atas, bahwa dia menyerang strawmen.
Kebodohan kedua adalah kalaupun misalnya saya setuju bahwa ketiga
pribadi dalam Tritunggal saling beranalogi satu dengan yang lain, maka
tidak berimplikasi bahwa doktrin Tritunggal adalah hanya analogi. Kalau
diringkas dalam bentuk proposisi, argumen Hai Hai adalah sebagai
berikut:
- Premis 1: Air (A) dalah analogi dari Tritunggal (At)
- Premis 2: Ketiga Pribadi Tritunggal (K) adalah analogi Satu dengan yang Lain (F)
- Kesimpulan, Tritunggal (T) adalah sebuah analogi (An).
Notasinya adalah
- Premis 1: A = At
- Premis 2: K=F
- Kesimpulan: T=An
Perhatikan bagaimana tidak validnya argumen ini. Sebuah argumen yang
valid adalah argumen dimana term-term yang ada dalam kesimpulan harus
ada dalam premis. Misalnya.
- Semua manusia (M) adalah mamalia (Ma)
- Hai Hai (H) adalah manusia (M)
- Kesimpulan: Hai Hai (H) adalah mamalia (Ma)
Kalau dikasih notasi menjadi
- Premis 1: M=Ma
- Premis 2: H=M
- Kesimpulan: H=Ma
Perhatikan term-term dalam kesimpulan yaitu H dan Ma
sudah ada dalam premis. Sekarang, bandingkan argumen kedua dengan
argumen pertama. Kesimpulan pada argumen pertama mengandung Term T dan An.
Sedangkan tidak satupun term tersebut yang terdapat dalam premis.
Dengan kata lain si Hai Hai mengemukakan sebuah argumen yang tidak valid
hanya untuk menyerang lawannya. Dengan kemampuan seperti ini, si Hai
Hai menghimpun pendukung di dunia maya? Mungkin sulit dipercaya! Tetapi
kejahatan macam apa yang tidak mungkin dalam dunia yang sudah berdosa?
Sumber Utama : http://whereisthewisdon.wordpress.com/2012/01/18/daya_nalar_tak_sampe/
Sumber Utama : http://whereisthewisdon.wordpress.com/2012/01/18/daya_nalar_tak_sampe/
VOILA! jauh sekali pemahamannya!
BalasHapusinilah yang saya tangkap dari komentar Hai-hai:
PROPOSISI SEDERHANA dari ARGUMEN HAI-HAI BENGCU:
SEMUA MANUSIA (M) adalah SATU HAKEKAT (H)
Hai Hai & penduduk bumi yang berakal budi (X) adalah SEMUA MANUSIA (M)
Kesimpulan: Hai Hai & penduduk bumi yang berakal budi (X) adalah SATU HAKEKAT (H)
Kalau diNOTASIkan, menjadi:
Premis 1: M=H
Premis 2: X=M
Kesimpulan: X=H
Semoga menjadi pencerahan. Salam
Hubungan dengan yang dibahas dalam tulisan di atas apa?
Hapus